Adzan subuh bersahut2an di sekitar pelabuhan Labuan bajo, memanggil umat Islam untuk menunaikan kewajibannya. Sebelumnya dyan ama saya dah sepakat buat shalat subuh di masjid, bukan di kapal. Begitu dengar suara azan kami pun bergegas menuju masjid. Jamaahnya cukup ramai, dilihat dari tampangnya sih mayoritas jamaahnya para pendatang dari luar Labuan bajo. Kalau lagi bepergian jauh ke tempat yang gak dikenal, masjid menjadi tempat paling menyenangkan bagi saya, coz di sini saya bisa ketemu dengan saudara2 seiman yang insya Allah baik akhlaknya.
Selesai shalat kami langsung bersiap buat menempuh perjalanan panjang dari Labuan Bajo menuju Denpasar. Perjalanan dimulai dengan perjalanan laut dari Labuan bajo menuju sape di Sumbawa. Selama 6 jam kami berada di kapal ferry yang besar dan nyaman ini. Oiya, untuk menuju Denpasar kami beli tiket bus Langsung Indah seharga Rp. 350.000, dah termasuk ongkos ferry, sedangkan kalau ke Lombok ongkosnya Rp. 250.000.
*suasana kapal Labuan Bajo-Sape, ada arena bermain buat anak2nya lho
Kapal berangkat dari Labuan bajo jam 8.30 WITA. Enam jam berada di kapal ternyata ngebosenin juga, saya pun mulai jalan keliling kapal buat ngilangin kebosanan. Di dek paling atas ada bapak2 lagi sendirian, langsung aja saya ajak ngobrol. Saya jadi lebih sering ngobrol dengan orang2 gak dikenal deh di trip ini, disitulah letak keasikannya traveling, banyak nilai yang bisa kita dapat dari orang yang kita ajak ngobrol.
Setelah 6 jam di atas laut sampe juga kami di pelabuhan sape. Dari sini kami naik bus ¾ menuju kota Bima. Nah yang serunya adalah busnya tuh penuh banget, jadi saya, dyan, dan beberapa penumpang lain naik di atas bus. Wew, pengalaman pertama nih, berasa jadi Jakmania, hehe. Di atas bus ternyata malah seru ya, bisa liat pemandangan selama perjalanan dari Sape ke Bima. Hari itu bertepatan dengan hari jadi kota Bima, jadi sepanjang jalan sering kita liat anak2 kecil dan remaja berpakaian tradisional khas Bima, menarik sekali.
*pemandangan dari atas bus sepanjang kota Bima
Perjalanan di atas bus sekitar 1-1,5 jam. Lagi2 untuk menghilangkan kebosanan saya ajak ngobrol bule di samping saya. Namanya Reuben, warga Inggris yang udah 2 tahun kerja di Jakarta sebagai guru bahasa inggris. Kirain bahasa Indonesianya dah lancar, gataunya cuma bisa dikit2 saja. Pemandangan selama perjalanan memanjakan mata banget, kondisi jalannya menanjak dan berliku2 kaya di puncak, trus ada beberapa ruas jalan yang longsor dan lagi diperbaiki yang ngebuat antrian kendaraan yang cukup panjang, pohon2 dipinggir jalan juga tertata rapi, kalo kata si Reuben doi ngeliat ‘the real indonesia’ di sini, kalo Jakarta mah kagak, gitu katanya. Saya pun ngangguk setuju.
*kiri: penampakan Reuben; kanan: jalanan yang abis longsor
Sampe di bima kami berganti bus dengan bus yang lebih besar dan nyaman. Di bus inilah kami bakal melintasi daratan pulau Sumbawa, Lombok, sampai kemudian tiba di Denpasar. Begitu naik bus saya langsung atur sandaran kursi, dan bersiap tidur. Malam semuanya, have a tight sleep :).
Sekitar jam 4 dini hari kami sampe di pelabuhan, bersiap melintasi selat Lombok dengan kapal ferry. Perjalanan dengan kapal ferry sekitar 2 jam saya habiskan dengan liat2 pemandangan, liat sunrise, ngobrol2, dan keliling kapal. Setelah 2 jam sampai lah kami di pelabuhan kayangan, Lombok. Dari kayangan kami terus melaju menuju Mandalika, di sinilah penumpang dengan tujuan Mataram turun. Setelah makan siang di terminal Mandalika kami bersiap menuju pelabuhan Lembar.
*kayangan berkabut
Perjalanan lembar-padang bai menggunakan ferry yang lebih bagus daripada ketika kami berangkat dari padang bai-lembar. Selama sekitar 5 jam kami melintasi selat bali akhirnya tiba juga kami di pulau dewata. Bus menurunkan kami di terminal ubung. Dari situ kami carter angkot menuju tegal, trus disambung angkot lagi menuju kuta. Nah di angkot carteran ini tas dyan ketinggalan. Tas gede kaya gitu bisa ketinggalan mungkin karna kondisi kami dah pada capek kali ya, jadi gak terlalu merhatiin. Setelah ketinggalan jaket di damri pas berangkat, sapu tangan terbang pas di atas bus, sekarang giliran tasnya yang ketinggalan, miris, tapi kocak juga, hehe.
Tujuan kami malam ini adalah poppies lane II di kuta. Di sini kami cari penginapan murah, dapetlah di Bali Duta Wisata seharga 160.000 buat berempat. Sampe penginapan kami langsung bersih2, shalat, dan cari makan di luar. Waktu itu sekitar jam 10 WITA, warung makan dah pada tutup, akhirnya kami makan di McD. Selesai makan kami ke pantai kuta. Ternyata malam hari pun pantai kuta gak sepi pengunjung, banyak yang gelar tiker di pantainya buat nikmatin malam.
Saya sangat menikmati suasana pantai kuta, pada sore dan malam hari. Kalo sore nih pantai enak banget buat liat sunset, kalo malem enak nih buat pencari kedamaian. Dengan pemandangan langit malam yang cerah berbintang, suara debur ombak yang jadi latar belakangnya, bener2 bisa membuat kita lupa waktu, damai banget rasanya. Pasirnya juga lembut, enak buat tiduran di atasnya. Angin laut gak begitu kerasa, jadi gausah takut masuk angin duduk berlama2 di sini. Puas menikmati pantai kuta di malam hari, kami berempat balik ke penginapan buat mengistirahatkan badan setelah menempuh perjalanan darat dan laut sekitar 33 jam non-stop, wew…
*bonus, balita imut di kapal menuju padang bai, Bali :)
all pictures were taken by Dyan
Selesai shalat kami langsung bersiap buat menempuh perjalanan panjang dari Labuan Bajo menuju Denpasar. Perjalanan dimulai dengan perjalanan laut dari Labuan bajo menuju sape di Sumbawa. Selama 6 jam kami berada di kapal ferry yang besar dan nyaman ini. Oiya, untuk menuju Denpasar kami beli tiket bus Langsung Indah seharga Rp. 350.000, dah termasuk ongkos ferry, sedangkan kalau ke Lombok ongkosnya Rp. 250.000.
*suasana kapal Labuan Bajo-Sape, ada arena bermain buat anak2nya lho
Kapal berangkat dari Labuan bajo jam 8.30 WITA. Enam jam berada di kapal ternyata ngebosenin juga, saya pun mulai jalan keliling kapal buat ngilangin kebosanan. Di dek paling atas ada bapak2 lagi sendirian, langsung aja saya ajak ngobrol. Saya jadi lebih sering ngobrol dengan orang2 gak dikenal deh di trip ini, disitulah letak keasikannya traveling, banyak nilai yang bisa kita dapat dari orang yang kita ajak ngobrol.
Setelah 6 jam di atas laut sampe juga kami di pelabuhan sape. Dari sini kami naik bus ¾ menuju kota Bima. Nah yang serunya adalah busnya tuh penuh banget, jadi saya, dyan, dan beberapa penumpang lain naik di atas bus. Wew, pengalaman pertama nih, berasa jadi Jakmania, hehe. Di atas bus ternyata malah seru ya, bisa liat pemandangan selama perjalanan dari Sape ke Bima. Hari itu bertepatan dengan hari jadi kota Bima, jadi sepanjang jalan sering kita liat anak2 kecil dan remaja berpakaian tradisional khas Bima, menarik sekali.
*pemandangan dari atas bus sepanjang kota Bima
Perjalanan di atas bus sekitar 1-1,5 jam. Lagi2 untuk menghilangkan kebosanan saya ajak ngobrol bule di samping saya. Namanya Reuben, warga Inggris yang udah 2 tahun kerja di Jakarta sebagai guru bahasa inggris. Kirain bahasa Indonesianya dah lancar, gataunya cuma bisa dikit2 saja. Pemandangan selama perjalanan memanjakan mata banget, kondisi jalannya menanjak dan berliku2 kaya di puncak, trus ada beberapa ruas jalan yang longsor dan lagi diperbaiki yang ngebuat antrian kendaraan yang cukup panjang, pohon2 dipinggir jalan juga tertata rapi, kalo kata si Reuben doi ngeliat ‘the real indonesia’ di sini, kalo Jakarta mah kagak, gitu katanya. Saya pun ngangguk setuju.
*kiri: penampakan Reuben; kanan: jalanan yang abis longsor
Sampe di bima kami berganti bus dengan bus yang lebih besar dan nyaman. Di bus inilah kami bakal melintasi daratan pulau Sumbawa, Lombok, sampai kemudian tiba di Denpasar. Begitu naik bus saya langsung atur sandaran kursi, dan bersiap tidur. Malam semuanya, have a tight sleep :).
Sekitar jam 4 dini hari kami sampe di pelabuhan, bersiap melintasi selat Lombok dengan kapal ferry. Perjalanan dengan kapal ferry sekitar 2 jam saya habiskan dengan liat2 pemandangan, liat sunrise, ngobrol2, dan keliling kapal. Setelah 2 jam sampai lah kami di pelabuhan kayangan, Lombok. Dari kayangan kami terus melaju menuju Mandalika, di sinilah penumpang dengan tujuan Mataram turun. Setelah makan siang di terminal Mandalika kami bersiap menuju pelabuhan Lembar.
*kayangan berkabut
Perjalanan lembar-padang bai menggunakan ferry yang lebih bagus daripada ketika kami berangkat dari padang bai-lembar. Selama sekitar 5 jam kami melintasi selat bali akhirnya tiba juga kami di pulau dewata. Bus menurunkan kami di terminal ubung. Dari situ kami carter angkot menuju tegal, trus disambung angkot lagi menuju kuta. Nah di angkot carteran ini tas dyan ketinggalan. Tas gede kaya gitu bisa ketinggalan mungkin karna kondisi kami dah pada capek kali ya, jadi gak terlalu merhatiin. Setelah ketinggalan jaket di damri pas berangkat, sapu tangan terbang pas di atas bus, sekarang giliran tasnya yang ketinggalan, miris, tapi kocak juga, hehe.
Tujuan kami malam ini adalah poppies lane II di kuta. Di sini kami cari penginapan murah, dapetlah di Bali Duta Wisata seharga 160.000 buat berempat. Sampe penginapan kami langsung bersih2, shalat, dan cari makan di luar. Waktu itu sekitar jam 10 WITA, warung makan dah pada tutup, akhirnya kami makan di McD. Selesai makan kami ke pantai kuta. Ternyata malam hari pun pantai kuta gak sepi pengunjung, banyak yang gelar tiker di pantainya buat nikmatin malam.
Saya sangat menikmati suasana pantai kuta, pada sore dan malam hari. Kalo sore nih pantai enak banget buat liat sunset, kalo malem enak nih buat pencari kedamaian. Dengan pemandangan langit malam yang cerah berbintang, suara debur ombak yang jadi latar belakangnya, bener2 bisa membuat kita lupa waktu, damai banget rasanya. Pasirnya juga lembut, enak buat tiduran di atasnya. Angin laut gak begitu kerasa, jadi gausah takut masuk angin duduk berlama2 di sini. Puas menikmati pantai kuta di malam hari, kami berempat balik ke penginapan buat mengistirahatkan badan setelah menempuh perjalanan darat dan laut sekitar 33 jam non-stop, wew…
*bonus, balita imut di kapal menuju padang bai, Bali :)
all pictures were taken by Dyan
bersambung...