Selasa, 09 Agustus 2011

Execute The Master Plan: Day 6-7 (4-5 Juli 2011)

Adzan subuh bersahut2an di sekitar pelabuhan Labuan bajo, memanggil umat Islam untuk menunaikan kewajibannya. Sebelumnya dyan ama saya dah sepakat buat shalat subuh di masjid, bukan di kapal. Begitu dengar suara azan kami pun bergegas menuju masjid. Jamaahnya cukup ramai, dilihat dari tampangnya sih mayoritas jamaahnya para pendatang dari luar Labuan bajo. Kalau lagi bepergian jauh ke tempat yang gak dikenal, masjid menjadi tempat paling menyenangkan bagi saya, coz di sini saya bisa ketemu dengan saudara2 seiman yang insya Allah baik akhlaknya.

Selesai shalat kami langsung bersiap buat menempuh perjalanan panjang dari Labuan Bajo menuju Denpasar. Perjalanan dimulai dengan perjalanan laut dari Labuan bajo menuju sape di Sumbawa. Selama 6 jam kami berada di kapal ferry yang besar dan nyaman ini. Oiya, untuk menuju Denpasar kami beli tiket bus Langsung Indah seharga Rp. 350.000, dah termasuk ongkos ferry, sedangkan kalau ke Lombok ongkosnya Rp. 250.000.

*suasana kapal Labuan Bajo-Sape, ada arena bermain buat anak2nya lho

Kapal berangkat dari Labuan bajo jam 8.30 WITA. Enam jam berada di kapal ternyata ngebosenin juga, saya pun mulai jalan keliling kapal buat ngilangin kebosanan. Di dek paling atas ada bapak2 lagi sendirian, langsung aja saya ajak ngobrol. Saya jadi lebih sering ngobrol dengan orang2 gak dikenal deh di trip ini, disitulah letak keasikannya traveling, banyak nilai yang bisa kita dapat dari orang yang kita ajak ngobrol.

Setelah 6 jam di atas laut sampe juga kami di pelabuhan sape. Dari sini kami naik bus ¾ menuju kota Bima. Nah yang serunya adalah busnya tuh penuh banget, jadi saya, dyan, dan beberapa penumpang lain naik di atas bus. Wew, pengalaman pertama nih, berasa jadi Jakmania, hehe. Di atas bus ternyata malah seru ya, bisa liat pemandangan selama perjalanan dari Sape ke Bima. Hari itu bertepatan dengan hari jadi kota Bima, jadi sepanjang jalan sering kita liat anak2 kecil dan remaja berpakaian tradisional khas Bima, menarik sekali.

*pemandangan dari atas bus sepanjang kota Bima

















Perjalanan di atas bus sekitar 1-1,5 jam. Lagi2 untuk menghilangkan kebosanan saya ajak ngobrol bule di samping saya. Namanya Reuben, warga Inggris yang udah 2 tahun kerja di Jakarta sebagai guru bahasa inggris. Kirain bahasa Indonesianya dah lancar, gataunya cuma bisa dikit2 saja. Pemandangan selama perjalanan memanjakan mata banget, kondisi jalannya menanjak dan berliku2 kaya di puncak, trus ada beberapa ruas jalan yang longsor dan lagi diperbaiki yang ngebuat antrian kendaraan yang cukup panjang, pohon2 dipinggir jalan juga tertata rapi, kalo kata si Reuben doi ngeliat ‘the real indonesia’ di sini, kalo Jakarta mah kagak, gitu katanya. Saya pun ngangguk setuju.

*kiri: penampakan Reuben; kanan: jalanan yang abis longsor

Sampe di bima kami berganti bus dengan bus yang lebih besar dan nyaman. Di bus inilah kami bakal melintasi daratan pulau Sumbawa, Lombok, sampai kemudian tiba di Denpasar. Begitu naik bus saya langsung atur sandaran kursi, dan bersiap tidur. Malam semuanya, have a tight sleep :).

Sekitar jam 4 dini hari kami sampe di pelabuhan, bersiap melintasi selat Lombok dengan kapal ferry. Perjalanan dengan kapal ferry sekitar 2 jam saya habiskan dengan liat2 pemandangan, liat sunrise, ngobrol2, dan keliling kapal. Setelah 2 jam sampai lah kami di pelabuhan kayangan, Lombok. Dari kayangan kami terus melaju menuju Mandalika, di sinilah penumpang dengan tujuan Mataram turun. Setelah makan siang di terminal Mandalika kami bersiap menuju pelabuhan Lembar.

*kayangan berkabut












Perjalanan lembar-padang bai menggunakan ferry yang lebih bagus daripada ketika kami berangkat dari padang bai-lembar. Selama sekitar 5 jam kami melintasi selat bali akhirnya tiba juga kami di pulau dewata. Bus menurunkan kami di terminal ubung. Dari situ kami carter angkot menuju tegal, trus disambung angkot lagi menuju kuta. Nah di angkot carteran ini tas dyan ketinggalan. Tas gede kaya gitu bisa ketinggalan mungkin karna kondisi kami dah pada capek kali ya, jadi gak terlalu merhatiin. Setelah ketinggalan jaket di damri pas berangkat, sapu tangan terbang pas di atas bus, sekarang giliran tasnya yang ketinggalan, miris, tapi kocak juga, hehe.

Tujuan kami malam ini adalah poppies lane II di kuta. Di sini kami cari penginapan murah, dapetlah di Bali Duta Wisata seharga 160.000 buat berempat. Sampe penginapan kami langsung bersih2, shalat, dan cari makan di luar. Waktu itu sekitar jam 10 WITA, warung makan dah pada tutup, akhirnya kami makan di McD. Selesai makan kami ke pantai kuta. Ternyata malam hari pun pantai kuta gak sepi pengunjung, banyak yang gelar tiker di pantainya buat nikmatin malam.

Saya sangat menikmati suasana pantai kuta, pada sore dan malam hari. Kalo sore nih pantai enak banget buat liat sunset, kalo malem enak nih buat pencari kedamaian. Dengan pemandangan langit malam yang cerah berbintang, suara debur ombak yang jadi latar belakangnya, bener2 bisa membuat kita lupa waktu, damai banget rasanya. Pasirnya juga lembut, enak buat tiduran di atasnya. Angin laut gak begitu kerasa, jadi gausah takut masuk angin duduk berlama2 di sini. Puas menikmati pantai kuta di malam hari, kami berempat balik ke penginapan buat mengistirahatkan badan setelah menempuh perjalanan darat dan laut sekitar 33 jam non-stop, wew…

*bonus, balita imut di kapal menuju padang bai, Bali :)












all pictures were taken by Dyan

bersambung...

Selasa, 02 Agustus 2011

Execute The Master Plan: Day 5 (3 Juli 2011)

Pagi menyapa,. Setelah tidur dengan tenang semalam, tanpa suara mesin, pagi ini saya bangun lebih segar. Selesai shalat subuh saya langsung ke dek depan kapal buat menikmati pemandangan pagi hari sambil ditemani sepiring pancake pisang dan segelas teh. Tujuan kami kali ini adalah pulau rinca yang masih termasuk dalam kawasan taman nasional pulau komodo. Pulau ini juga merupakan habitat asli komodo selain di pulau komodo itu sendiri. Dengan luas pulau yang lebih kecil dibanding pulau komodo, sedangkan jumlah komodo yang ada di pulau ini sama dengan jumlah komodo yang ada di pulau komodo, jadi kemungkinan kami untuk liat komodo di pulau rinca ini lebih besar.

*pulau rinca yang gersang dan eksotis


Sesampainya di pulau rinca kami dibriefing oleh para guide, kami menyebutnya ranger. Pesennya sama kaya waktu di pulau komodo, jangan mencar, tetap ada dalam kelompok. Dulu pernah ada kejadian, entah tahun berapa, ada turis dari Swiss yang mencar dari kelompok buat foto2 komodo, mungkin doi terlalu keasikan. Nah, pas dicari2 tuh turis nggak ketemu2 juga, sampe kemudian beberapa hari setelahnya ditemukan kamera, topi, dan kacamata si turis, dan darah yang berceceran. Tubuh si turis sendiri gak ditemukan. Oke, dibilang gitu kami langsung patuh deh, yang tadinya kami berempat selalu mencar dari group dan jadi yang terakhir, kali ini langsung nurut :D

*ranger kami dan senjatanya

















Ternyata kalo mau ngeliat komodo cukup dateng ke pulau rinca, coz kita pasti bisa liat komodo di pulau ini, kalo di pulau komodo mah untung2an. Baru jalan beberapa langkah aja kami dah langsung ketemu komodo. Ada empat komodo dewasa dan satu anak komodo waktu itu. Kalo mau tracking di pulau ini ada pilihan2nya, long, medium, n short tracking. Kami ambil yang long, 2 jam tracking di bawah terik matahari dan kegersangan pulau rinca, puanase puolll...

*gerombolan komodo yang lagi pada leyeh-leyeh










*lipstiknya belepotan tuh bu :D










Di perjalanan kami ketemu satu komodo yang lagi bermalas2an di bawah pohon. Diliat dari perutnya yang besar banget, kayanya tuh komodo abis makan deh. Setelah jalan cukup jauh sampe juga kami di atas bukit pulau rinca, viewnya bagus di sini, kaya waktu di gili laba, tanpa berlama2 lagi kami pun foto2 di sini. Oiya, ternyata kami lagi2 jadi yang terakhir di sini, dari 3 ranger, ada 1 ranger yang nemenin kami, makanya kami bisa sedikit berlama2, hehe.

*santai dulu ah dibawah pohon, panas borr
















*di atas bukit Pulau Rinca

















Puas berfoto2 dengan komodo kami pun balik ke kapal, bersiap ke tujuan akhir kami, pulau kelor. Pulau ini punya pantai dan spot snorkeling yang bagus, tapi di sini kami gak snorkeling melainkan main aja ke pantainya. Pantainya berpasir putih, gradasi warna pantainya juga bagus, putih, ijo toska, dan semakin biru ke tengahnya. Di pulau ini ada bukitnya, saya dan dyan naik ke bukitnya buat foto view dari atas sini, sedangkan mba ami dan kiki main sampan di sekitar pantainya. View dari atas indah banget, pantai kelor, lautnya, gugusan pulau dengan warna coklat yang mendominasi, warna langit yang biru cerah, ngebuat kami ingin berlama2 di pulau ini.

*pantai di pulau kelor, gradasi warna yang sangat memanjakan mata

Selesai berfoto dari atas bukit, saya juga ikut main sampan. Ternyata susah ya ngedayung tuh, apalagi untuk ngebelokin, sampe2 kami hampir nabrak para turis yang lagi berenang santai di pinggir pantai sambil minum bir :hammer:. Puas main2 di pulau kelor kami pun bersiap menuju Labuan bajo, tempat finish sailing tour ini.

Perjalanan kelor-labuan bajo kira2 1,5 jam. Selama perjalanan saya ngobrol2 sama kapten. Cerita2 tentang hidupnya, tentang laut, dan banyak lagi. Banyak nilai yang bisa diambil dari kisah2nya. Selama 4 hari 4 malam kami berada di kapal ini. Rasa kekeluargaan pun muncul antara kami dengan para abk. Para abk ramah2 banget, enak diajak ngobrol. Selama perjalanan seringkali kami bunuh waktu dengan ngobrol2 sama para abk.

Sore hari, tepatnya waktu Ashar, kapal merapat di pelabuhan Labuan bajo. Begitu sampe di pelabuhan ini, kami mendengar suara azan Ashar. Setelah 4 hari 3 malam kami di laut, ga ada suara azan, shalat harus duduk, akhirnya kami denger suara azan lagi. Rasanya? Woww, ada rasa rindu dan rasa tenang muncul di hati ini, akhirnya denger suara azan lagi :’) Perjalanan kami dilepas oleh suara azan Ashar dari pelabuhan kayangan, Lombok, dan disambut dengan azan Ashar pula di akhir perjalanan, Labuan bajo…

*labuan bajo dan berbagai kapal layarnya









Di Labuan bajo kami menuju kantor Trans Nusa buat mesen tiket pesawat dari Ende-Denpasar. Rencana awal kami setelah sailing komodo ini adalah eksplore flores, mulai dari ruteng yang meliputi liang bua, spider web, todo, dan desa ada bena, terus lanjut eksplore seventeen islands di riung, terakhir ke moni buat liat danau kelimutu. Tadinya saya gak bisa ikutan eksplore flores coz ga ada dana, tapi setelah ngebujuk nyokap dengan berbagai alasan, hehe, dapet kucuran dana deh :). Sayang sungguh disayang, rencana yang tinggal eksekusi ini harus batal coz tiket pesawat Ende-Denpasar dah full booked, hiks. Kami pun cari berbagai alternatif pesawat lain, tapi harganya mahal semua, maklum lah lagi peak season gini. Daripada overbudget akhirnya kami putuskan buat balik aja ke Denpasar dan jalan2 di bali aja.

*sebelum balik ke kapal berpose dulu di terminal bajo :)

















Selesai jalan2 sore di sekitar pelabuhan Labuan bajo, kami balik ke kapal. Sailing komodo memang sudah selesai, tujuan kami selanjutnya adalah Denpasar dengan jalan darat. Berhubung kapal dari Labuan Bajo-Sape baru ada esok pagi, kami pun bermalam lagi di kapal sailing buat menghemat pengeluaran. Makan malam kami yang terakhir di kapal sailing berkesan banget, kami makan bareng sama para abk, dengan lauk ikan kerapu dan bawal serta lalapan plus sambal, makan malam bersama layaknya keluarga besar.

*makan malam keluarga :)












Sore itu langit Labuan bajo indah banget, merah dan ada awan2 warna orange menyala sebagai penghiasnya. Kapal2 pinisi berlayar turut menambah kecantikan pelabuhan Labuan bajo di sore hari. Langit malam di sini juga cerah bertabur bintang, meski gak sebanyak yang kami liat di tengah laut beberapa hari sebelumnya. Malam terakhir di kapal sailing kami habiskan dengan ngobrol2 santai di dek atas kapal, sambil yak, nyetel musik sebagai pemanis suasana, hehe.

all pictures were taken by Dyan

bersambung...